Kamis, 26 Agustus 2010

pengembangan sumber daya manusia

MEMBANGUN KEBIASAAN YANG PRODUKTIF MENJADI MANUSIA KAYA TANPA BATAS

PENDAHULUAN

Pemahaman “Manusia Kaya Tanpa Batas” merupakan renungan dari pemikiran apa yang kita sebut 7M dengan membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati dan akhirnya mampu mengamalkan dalam perjalanan hidup yang abadi.
Kekuatan-kekuatan 7M menjadi bermakna dalam menggerakkan kekuatan berpikir, bila anda memperkuat daya kemauan untuk membangun kebiasaan. Jadi kemauan dan kebiasaan menjadi dua kata bermakna dalam hidup karena anda membayangkan mata uang yang memiliki nilai dua sisi yang saling bergantung dimana disatu sisi mengungkapkan kemauan berarti daya dorong sebagai kekuasaan  dan disisi lain mengungkapkan kebiasaan yang berarti perbuatan-perbuatan yang kedua-duanya digerakkan oleh pikiran anda.
Continue Reading »


PENDAHULUAN

Memahami lima pilar sebagai suatu kekuatan manusia dalam usaha untuk menumbuh kembangkan kebiasaan yang produktif untuk menghadapi tantangan globalosasi dalam dunia tanpa batas, menuntut sikap dan perilaku yang sejalan dengan tuntutan perubahan, sehingga diperlukan pola pikir yang dapat mendukung kepribadian yang unggul.
Kepribadian yang unggul haruslah ditopang dengan pemahaman yang mendalam apa yang kita sebut dengan sebuah bangunan yang kuat yang terdiri lima pilar, apa yang disebut dengan PONDASI, TIANG, DINDING, PINTU dan JENDELA, ATAP, dimana setiap pilar memiliki sifat saling ketergantungan satu sama lain.
Continue Reading »


PENDAHULUAN

Manusia  membuat keputusan adalah pilihan empat jenis manusia mencari uang yang disebut sebagai 1) karyawan / pgawai ; 2) pekerja lepas ; 3) pebisnis ; 4) investor. Langkah dalam membuat keputusan dimulai dengan pemahaman yang mendalam tentang „peran anda dalam mewujudkan keberhasilan“, oleh karena itu, maka keberhasilan adalah suatu perjalanan bukan tujuan.
Sejalan dengan pemikiran diatas, anda memilih empat pilihan dalam menjalankan peran  bertolak sebagai tonggak pertama adalah keinginan yang dilandasi oleh niat bahwa mencari rizki dengan mendapatkan halal dan baik ditujukan dalam rangka bertaqwa kepada Allah Swt. Untuk mewujudkan keinginan tersebut perlu ditopang pula adanya penguasaan ilmu sebagai informasi dan pengetahuan sebagai keterampilan dari pengalaman sebagai tonggak kedua dan ketiga menjadi „peta jalan menuju keberhasilan“.
Continue Reading »
MENINGKATKAN KEBIASAAN PRODUKTIF MANUSIA DALAM KEDEWASAAN INTELEKTUAL
PENDAHULUAN

Kebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah sejalan dengan kecenderungan hawa nafsu, maka dengan kemampuan intelektualnya ia harus dapat membuat reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental terhadap pengalaman-pengalaman baru itu sehingga dengan kedewasaan intlektual dapat melaksanakan kekuatan 7M sebagai suatu pendekatan dalam mencari jawaban tidak ada gunanya menangisi yang telah berlalu, maka disitulah terletak wujud dari kedewasaan intelektuannya.
Dengan pondasi kedewasaan rohaniah yang kokok, yang menopang kedewasaan dalam sosial dan emosional, maka kekuatan daya kemauan akan menuntun kemampuan manusia untuk mengungkit potensi dan bakat kedalam kebiasaan pikiran dalam mengamalkan firah manusia.
Continue Reading »
MENINGKATKAN KEBIASAAN PRODUKTIF MANUSIA DALAM KEDEWASAAN EMOSIONAL


PENDAHULUAN

Secara “fisiologis” emosi merupakan suatu proses jasmani yang berkaitan dengan perubahan yang tajam dalam meluapnya perasaan seseorang. Oleh karena itu, usaha-usaha menumbuh kembangkan kedewasaan emosional sangat ditentukan seberapa jauh anda dapat menfaatkan kekuatan pikiran.
Perubahan-perubahan ini terlihat dengan jelas dalam perubahan denyut jantung, ritme pernafasan, banyaknya keringat dsb. Secara psikologis, emosi dialami sebagai reaksi yang sangat menyenangkan atau reaksi yang paling tidak menyenangkan, yang kita gambarkan dengan kata-kata seperti gembira atau marah.
Atau dengan kata lain secara singkat bahwa EMOSI didefinisikan sebagai menerapkan “gerakan” baik secara metafora maupun harfiah untuk mengeluarkan perasaan. Jadi emosi merupakan daya dorong pikiran orang berpikir untuk mengetahui masa lalu, masa kini dan masa depan.
Bertolak dengan pemikiran diatas, maka dengan kekuatan pikiran manusia mulai menggerakkan kekuatan jiwa sebagai alat pikir yang mencakup apa yang disebut dengan kesadaran, kecerdasan dan akal, sehingga dengan kedewasaan emosional setiap manusia mampu menangkap yang terpikirkan olehnya hal-hal yang berkaitan dengan „ketaatan, kemaksiatan, sifat-sifat yang merusakkan, sifat-sifat yang menyelamatkan“ yang akan mampu menjadi daya dorong sebagai kekuatan kedalam proses berpikir yang lebih matang dalam bersikap dan berperilaku.
Jadi dengan meningkatkan kedewasaan emosional diharapkan manusia mampu mengendalikan kekuatan pikiran yang menghancurkan jati diri manusia yang dicintai, sehingga kedewasaan emsional dapat juga untuk menggambarkan kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka menumbuh kembangkan kedewasaan emosional dapat dilihat dari dua sudut pandang yang diibaratkan mata uang, dimana disatu sisi melihatnya dari sudut kekuatan keyakinan dan kepercayaan yang kita sebut dengan pengendalian diri dan disisi lain dari sudut pandangan kecerdasan emosional. Dimana kedua sisi tersebut memiliki sifat saling ketergantungan sehingga kedewasaan emosional yang dituntun oleh kedewasaan rohaniah dan sosial menjadi dua kekuatan penjuru dalam menggerakkan kebiasaan pikiran yang akan menuntun sikap dan perilaku.
PENJURU PENGENDALIAN DIRI DALAM EMOSI
Penjuru pengendalian diri, dimulai kemampuan manusia memandang hidup yang sementara ini dibentuk oleh pikiran anda sendiri sehingga dengan kekuatan pikiran, maka manusia akan berusaha memanfaat alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal sebagai kekuatan untuk membentuk kebiasaan pikiran dalam mendalami hal-hal yang terkait dengan apa yang disebut dengan penjuru pertama masalah ketaatan, kedua masalah kemaksiatan, ketiga masalah sifat yang merusakkan, keempat masalah sifat yang menyelamatkan. Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut :
Penjuru pertama „Ketaatan“
artinya dengan keyakinan dan kepercayaan, maka manusia harus mampu mendalami makna OTAK (Orang, Tawakal, Amanah, Kerja) untuk mewujudkan makna „ketaatan“ dalam hidup ini. Dengan kekuatan pikiran melalui pendekatan 7M, ia mendalami makna seperti ORANG (Organ, Roh, Akal, Nafsu, Golongan).
Jadi dengan merenungkan, bagaimana dapat dipercepatnya mendalami makna seperti ORGAN dalam tubuh manusia yang utuh dan merenungkan makna amalan lahir dan bathin diharapkan menjadi penuntun dalam usaha untuk mewujudkan pengendalian diri dalam emosi.
Penjuru kedua „Kemaksiatan“
artinya peran organ tubuh mata, telinga, lisan, kemaluan, perut, tangan dan kaki, kemudian seluruh tubunya, maka sebagai manusia yang hidup mulai sejak terbitnya matahari sampai terbenamnya, dimana dalam menjalani hidup ini tidak mungkin tanpa dapat mendalami makna pemanfaatan organ tubuh tersebut sehingga perlu mendalaminya dengan menggerakkan kekuatan pikiran dalam melaksanakan pengendalian diri untuk menghindari dari kemaksiatan yang sejalan dengan keyakainan dan kepercayaan yang dianutnya.
Jadi dengan kebiasaan pikiran yang digerakkan dalam kekuatan berpikir yang positif diharapkan manusia menempuh jalan hidup yang penuh dengan tantangan yang harus dipahami dalam mnjalani hi
Penjuru ketiga „Sifat merusakan“
Artinya dengan kekuatan kebiasaan pikiran manusia dapat tertuntun kedalam sikap dan perilaku untuk tidak melakukan sifat-sifat yang dapat merusakkan sebagai akibat dorongan dari ketidak kemampuan atas pengendalian diri dari 1) nafsu yang bersifat materialistik ; 2) marah, kesombongan yang dibakar oleh setan ; 3) kesadran inderawi karena kesenangan dunia ; 4) tantangan menghadapi hawa nafsu ; 5) nafsu seksualitas ; 6) riya’, dengki, kikir dsb.
Jadi dengan kemampuan pengendalian diri dalam emosi, manusia harus mampu memanfaatkan kekuatan pikiran dapat melaksanakan 7M sebagai alat menggerakkan kekuatan pikiran untuk mendalami apa bentuk penyakit jiwa yang mempengaruhi kebersihan hati.
Penjuru keempat „Sifat menyelamatkan“
Artinya dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang dilandasi kebiasaan berpikir positif dalam menempuh hidup, maka kekuatan yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat itu memahmai makna „HIDUP“ sebagai suatu pendekatan artinya memiliki kemampuan untuk bersikap dan berperilaku dalam makna apa yang disebut dalam makna (H)ijrah, (I)nsyaf, (D)urhaka, (U)saha, (P)ahala.
Jadi dari ungkapa kata tersebut, maka sifat-sifat menyelamatkan akan sangat ditentukan oleh kekuatan kebiasaan pikiran dalam bertaubat, bersyukur, ikhlas dan sebagainya sebagai suatu kekuatan dari amalan batin.
PENJURU KECERDASAN DALAM EMOSI
Kecerdasan merupakan alat pikir dan merupakan salah satu unsur jiwa yang menggerakkan kekuatan pikiran dimana kesadran menyadarkan tentang apa-apa, namun kecerdasan melaporkan kepada kita keadaan perkara dan hubungan-hubungannya.
Oleh karena itu, kecerdasan dalam emosi merupakan daya dorong pikiran orang berpikir untuk menangkap fakta dan informasi untuk mengingatkan masalah yang kita hadapi atau dengan kata lain seberapa besar resiko yang dihadapinya, tapi laporan itu akan menjadi penting bila kita dapat mencari jawaban untuk menghindarkan atau menumpasnya.
Sejala dengan pemikiran diatas, maka keempat punjuru kecerdasan dalam emosi yang kita sebut dengan 1) sensitivitas kecerdasan dalam emosi ; 2) adaptif kecerdasan dalam emosi ; 3) keharmonisan kecerdasan dalam emosi ; 4) persfektif kecerdasan dalam emosi. Selanjutanya dapat kita uraian secara singkat sebagai berikut :
Penjuru pertama „Sensitivitas kecerdasan dalam emosi“
Artinya dengan kekuatan kebiasaan pikiran untuk mendorong wujud dari sensitivitas kecerdasan dalam emosi memberikan daya dorong yang kuat pada rasa tanggung jawab, kejujuran, energi, intuisi, umpan balik.
Penjuru kedua „Adaptif kecerdasan dalam emosi“
Artinya dengan kekuatan kebiasaan pikiran untuk mendorong wujud dari kemampuan untuk menyesuaikan yang tidak bertolak dari kekuatan pikiran yang bersifat reaktif melaikan bersifat proaktif, dengan demikian anda memliki untuk mendengarkan, mengelola konflik, mengatasi kekecewaan dengan cara yang mampu menyesuaikan dengan perubahan yang positif.
Penjuru ketiga “Keharmonisan kecerdasan dalam emosi”
Artinya dengan kekuatan kebiasaan pikiran untuk mendorong wujud dari kemampuan menyelaraskan pikiran, kerja dan belajar yang sesuai dengan potensi dan bakat yang dimiliki oleh anda dengan ketulusan dan kesetiaan
Penjuru keempat “Persfektif kecerdasan dalam emosi”
Artinya dengan kekuatan kebiasaan pikiran untuk mendorong wujud dari kemampuan mengaktualsasikan wawasan intuisi dan imajinasi menjadi suatu kekuatan kreatifitas menjadi inovasi sehinga mampu mencari solusi dalam pemecahan masalah dan merebut peluang-peluang di masa depan.
LANGKAH MENINGKATKAN KEDEWASAAN EMOSIONAL
Bertitik tolak dari pemikiran-pemikiran yang dikemukakan diatas, maka usaha-usaha menumbuh kembangkan kedewasaan emosional terletak pada pemahaman atas pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang mampu mendorong untuk memberikan ruang gerak untuk belajar dalam usaha untuk meningkatkan kapasitas penalaran kita dan  sekaligus memanfaatkan dengan lebih baik emosi kita, kebijakan intuisi dan kekuatan yang ada dalam menggali potensi otak yang sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian, maka kebiasaan pikiran haruslah kita tuangkan dalam satu kerangka kerja seperti yang diuraikan dibawah ini :

A. PERTAMA MLIKI SUATU RENCANA TERPADU :
Yang dimaksud dengan rencana terpadu, mencakup suatu rencana jangka panjang, menengah dan pendek artinya ada kejelasan rencana tersebut saling keterkaitan dalam pelaksanaannya.
Rencana jangka panjang, mengungkapkan pemikiran yang memberikan arah persfektif yang mencakup :
VISI Kedewasaan Emosional  menggambarkan suatu pernyataan :
“Membangun CITRA yang memiliki kemampuan untuk membangun pengendalian diri  dan kecerdasan dengan BUDAYA yang mampu                      dalam  memanfaatkan makna hidup dan mati menjadi suatu ARAH sebagai kekuatan kebiasaan pikiran yang membentuk kekuatan daya kemauan dengan  TUJUAN sebagai manusia yang mampu memberikan kekuatan-kekuatan bersikap fleksibel dan mudah di kontrol”
Jadi pada pernyataan visi diatas, terdapat empat unsur yang harus diperhatikan, apa yang disebut dengan CITRA, BUDAYA, ARAH, TUJUAN, yang dapat anda ukur pencapaiannya secara kualitatip sebagai kreteria. Oleh karena itu, maka pernyataan visi menggambarkan arah perjalanan yang hendak dituju.
MISI Kedewasaan Emosional menggambarkan suatu pernyataan :
Sebaliknya  dengan menggambarkan pernyataan MISI sebagai penjabaran dari visi, yang  menyatakan bagaimana sarana itu disiapkan dalam menuju arah yang dituju dengan pernyataan sebagai berikut :
„MEMPERHATIKAN kekuatan pengendalian diri dan kecerdasan dalam menuntun sikap dalam mengkomunikasikan suara hati untuk MEMBIMBING dalam berperilaku yang sejalan dengan wujud kebiasaan pikiran dalam mengetuk dinding jiwa, maka kekuatan ANALITIS STRATEGIS sangat menentukan dalam usaha menjaga hati nurani secara EKSPRESIF menjadi sudut pandangan dalam kehidupan untuk meningkatkan kedewasaan emosional“
Jadi dengan empat unsur yang disebut dengan MEMPERHATIKAN, MEMBIMBING, ANALITIS STRATEGIS, EKSPRESIF dapat dijadikan kreteria untuk mengukur secara kualitatif untuk mngetahui seberapa jauh kemampuan kita mencapai visi sebagai peta jalan dan misi sebagai sarana, sejalan dengan itu, maka dibawah ini di rumuskan tujuan secara kualitatif berdasarkan pernyataan misi tersebut diatas sebagai berikut :


Tujuan-tujuan dalam meningkatkan kedewasaan emosional adalah:
Rumusan sebagai rincian dari penjabaran MISI diatas untuk meningkatkan kedewasaan emosional dalam pemikiran jangka panjang dengan mengungkit dan mengetuk jiwa dalam :
  • Mengungkit kebiasaan pikiran dalam kemampuan pengendalian diri.
  • Mengungkit kebiasaan pikiran dalam kemampuan pada usaha-usaha  meningkatkan kecerdasan dalam memotivasi diri.
  • Mengungkit kebiasaan pikiran dalam kemampuan mengintergrasikan kekuatan dari pengendalian diri dengan alat pikiran jiwa.
  • Mengungkit kebiasaan pikiran dalam kemampuan menjadi pribadi dengan jiwa tanpa topeng kepalsuan.
  • Mengungkit kebiasaan pikiran dalam kemampuan memanfaatkan 7M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami, mengamalkan) untuk mewujudkan keluar dari kecemasan dalam hidup.
Sasaran-sasaran dalam meningkatkan kedewasaan emosional adalah
Secara umum rincian sasaran sebagai jabaran dari tujuan yang ditetapkan  dan dituangkan secara kuantitatif baik dalam pemikiran jangka panjang maupun pendek, oleh karena itu sasaran  tersebut dirumuskan kembali secara berurut dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.
Misalkan sasaran yang hendak dicapai dari tujuan „ Mengungkit kebiasaan pikiran dalam kemampuan pengendalian diri“, maka rumusannya haruslah dibuat secara kuantitatif sebagai sasaran yang hendak direalisasikan.
Misalkan gambaran kuantitatifnya dapat dituangkan kedalam target waktu, jumlah aktivitas yang hendak dihindari dalam rangka pengendalian diri.
Strategi dalam mewujudkan sasaran sbb. :

Sebagai kerangka pikir untuk merealisasikan sasaran yang hendak dicapai, maka diperlukan strategi untuk melaksanakan kebiasaan pikiran yang dapat menuntun pelaksanaannya sebagai berikut :
  • Kemampuan melaksanakan kecerdasan rohaniah
  • Kemampuan melaksanakan kecrdasan motivasi
  • Kemampuan melaksanakan kecerdasan dalam komitmen
Kebijaksanaan dalam melaksanakan strategi dirumuskan sbb. :

Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Kemampuan melaksanakan kecerdasan rohaniah“, maka langkah-langkah dalam usaha-usaha menggerak kebiasaan pikiran apa yang disebut dengan kebijakan :
  • Kemampuan melaksankan kekuatan kesadaran
  • Kemampuan melaksanakan kekuatan kecerdasan
  • Kemampuan melaksankan kekuatan akal
Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Kemampuan melaksanakan kecerdasan motivasi“, merupakan langkah-langkah kebiasaan pikiran yang dapat mendukung pelaksanaan kebijaksaan, apa yang disebut :
  • Kemampuan memotivasi kedalam individu
  • Kemampuan memotivasi kedalam kelompok
  • Kemampuan memotivasi kedalam satu komunitas

Sebagai rincian kebijaksanaan atas pelaksanaan strategi “Kemampuan melaksanakan kecerdasan dalam komitmen“ maka haruslah di dorong dari dalam diri sendiri untuk terus merenungkan kembali dalam usaha mengungkit daya ingatan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan apa yang disebut :
  • Kemampuan melaksanakan komitmen dalam individu
  • Kemampuan melaksanakan komitmen dalam kelompok
  • Kemampuan melaksanakan komitmen dalam komunitas
B. KEDUA MENULISKAN KEMBALI DARI RENCANA

Merumuskan kebiasaan yang produktif yang hendak dibangun dan dikembangkan sebagai suatu keinginan anda berdasarkan niyat yang hendak dicapai dalam kedewasaan sosial, dengan memperhatikan pikiran pertama yang dituangkan kedalam kemampuan anda untuk menuliskan kembali agar anda selalu mengingatnya, yang kita sebutkan kedalam pemikiran :
  • Memberikan arah pemikiran jangka menengah antara 2 sampai 3 tahun dalam rangka untuk mengenal posisi kedepan yaitu seberapa jauh makna kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang untuk mewujudkan rencana persfektif yang telah digambarkan.
  • Menuangkan kembali agar anda selalu ingat untuk memberikan prioritas dalam pelaksanaannya agar dapat memberikan tahapan pencapaian dengan memberikan fokus dalam kebiasaan pikiran.
  • Bertolak dari pemikiran yang difokuskan tersebut lebih lanjut dituangkan kedalam arah pemikiran jangka pendek untuk jangka 1 tahun dengan menilai kinerja diri sendiri yang dapat diungkapkan pemikiran secara kuantitatif dan kualitatif

C. KETIGA MENGUNGKAPKAN TANTANGAN YANG DIHADAPI

Bertitik tolak dari langkah B diatas, maka renungkan apa yang dipikirkan pada titik dua diatas kedalam tantangan apa saja yang dapat menghambat niyat dari kebiasaan yang hendak di tumbuh-kembangkan menjadi suatu kebiasaan-kebiasaan yang mendorong kekuatan pikiran yang positip dalam perubahan sikap dan perilaku di masa kini dan masa depan.
Tantangan yang dihadapi sejalan dengan pemikiran untuk mencapai sasaran yang digariskan dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan, maka tantangan yang terbesar terletak dari daya kemauan yang kuat untuk merubah kebiasaan yang negatif sebagai akibat :
  • Ketidak mampuan untuk menggerakan kegkuatan berpikir positif.
  • Kebiasaan pikiran negatif berlangsung terus menerus sehingga mendorong sikap dan perilaku sulit melakukan perubahan kekuatan kesadaran yang bersifat inderawi.
  • Kebiasaan pikiran negatif  karena kecenderungan manusia yang jauh dari Allah, pengalaman masa lalu yang mendorongnya, tidak memiliki hidup dengan orientasi yang jelas, dampak dari kebiasaan yang membelenggu pikiran mereka, dampak dari pikiran kemauan diri sendiri, dampak dari pengaruh faktor eksternal, kemauan dan kebiasan dari gaya hidupnya, tidak memiliki wawasan dan imajinasi karena terbatasnya penguasan ilmu dariinformasi, pengetahuan yang dapat dari pengalaman atas keterampilan dan keinginan yang tidak jelas niyat sehingga mendorong kebiasan hidup yang tidak memiliki inspirasi dalam hidup.
D. KEEMPAT MERUMUSKAN SISTEM KEBIASAAN PIKIRAN
Dengan memperhatikan pikiran-pikiran yang diungkap diatas, maka dalam merumuskan suatu sistem yang dapat menuntun kebiasaan-kebiasaan baru yang dibina dan dikembangkan dari kekuatan 7 M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami dan mengamalkan) yang sejalan dengan tingkat kedewasaan berpikir yang hendak dicapai dalam perjalanan hidup yang abadi ini sehingga konsepsi sistem yang dibangun terdiri dari :
  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem input yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang ditentukan oleh 1) paradigma berpikir dari kemampuan apa dan bagaimana berpikir (berpikir biasa, logis, ilimiah, filsafat, theologis yang bertolak dari berpikir sadar dan atau tidak disadari) ; 2) dampak dari paradigma berpikir (konsepsi, tindakan, kesehatan, perasaan, jatidiri, kepercayaan diri, kondisi phisiologis, membentuk kebiasaan)
  • Pemahaman atas pelaksaan sistem proses yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang dipengaruhi oleh tingkat kesadaran inderawi ke rasional, ke rohaniah, bila kesadaran inderawi yang dominan dan mendorong manusia berpikir materialistik akan menjadi kebiasaan berpikir negatif yang membentuk pikiran melalui proses 1) perekaman, 2) pengulangan, 3) akumulasi, 4) pengulangan, 5) pembiasaan, sehingga mempengaruhi terbentuknya kelemahan daya kemauan.
  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem output yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan hasil dari kemauan dan kebiasaan yang mendorong berpikir positif dengan kejelasan output dari kebiasaan pikiran kedalam motif, prinsip yang dianut, sifat kepribadian, tanggung jawab, strategi, dan kebijaksanaan.
E. KELIMA MEMBANGUN KETELADANAN

Bertolak dari pemikiran sistem kebiasaan pikiran ang diungkapkan diatas, maka rumusan kekuatan-kekuatan pikiran anda untuk mendorong dalam memperkuat daya kemauan untuk membina kebiasaan yang baru dalam usaha secara terus menerus agar dapat diterima sebagai peran keteladanan yang dapat diterima semua pihak. Dengan semangat daya kemauan yang keras dalam kebiasaan-kebiasaan baru tersebut, anda diharapkan mampu melihat jati diri anda sendiri.
Oleh karena itu, kunci keberhasilan dari peningkatan kedewasaan sosial ditentukan oleh wujud meraih cinta ilahi dengan meraih hidup bahagia dunia dan akhirat dari kekuatan berpikir positif sehingga mampu menyesuaikan pikiran dari keteladanan kepribadian Muhammad Rasulullah dalam rangka melaksanakan 7 M menjadi kenyataan untuk membangun kekuatan pikiran untuk tidak mendorong kiblat kepada manusia melainkan kiblat kepada sang pecipta.
F. KEENAM  MELAKUKAN PENYESUAIAN ATAS RENCANA

Langkah keenam dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru, maka keberhasilan dari setiap langkah pemikiran dalam meretas jalan menjadi diri sendiri harus ada kesiapan diri untuk melakukan perubahan atas rencana yang telah digariskan bila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Oleh karena itu, maka menjadi pribadi yang dicintai diperlukan penyesuaian atas suatu rencana karena kekuatan pikiran mampu menembus batas waktu (masa lalu, masa kini dan masa depan), batas ruang (jawa, sumatera, kalaimatan dsb), tak kenal batas waktu (pagi, siang, sore, petang, malam) dan meningkatkan serta menurunkan energi dalam kemampuan proses berpikir. Jadi melakukan penyesuaian atas rencana merupakan kebutuhan dalam proses yang terkait dalam pikiran membentuk kebiasaan sehingga perlu terfokuskan kedalam kebiasaan pikiran dan pengaruhnya terhadap pengaturan yang terkait dengan optimisme, ideology, mental, konsentrasi, kausalitas dan sebagainya.
PENUTUP
Menumbuhkan dan meningkatkan kedewasaan emosional bukanlah sesuatu yang sederhana, oleh karena itu diperlukan satu usaha dengan ketekunan untuk secara berkelancutan untuk berusaha memberikan daya kemauan yang kuat dalam mewujudkan kebiasaan pikiran sebagai suatu cara untuk menuntun kekuatan pikiran dalam yang mampu mendorong inspirasi dalam bersikap dan berperilaku baik dalam hubungan antara manusia dan hubungan dengan Allah Swt.
Dengan mengungkapkan pikiran diatas serta memperhatikan usaha-usaha meningkatkan kedewasaan rohaniah sebagai pondasi yang kuat untuk menopang kedewasaan sosial, maka akan membuka suatu kekuatan untuk mengetuk dinding jiwa dalam usaha meningkatkan kedewasaan sosial.
Oleh karena itu, maka kekuatan dari daya  kemauan bukanlah sesuatu yang mustahil tidak dapat direalisasikan hanya terletak kebiasaan yang produktif untuk menuntun kesiapan menemukan jati diri anda, maka anda bayangkan memulai hidup baru dengan meningkatnya kedewasaan sosial akan mampu bersikap dan berperilaku bahwa masa yang anda miliki adalah hari ini.
Jadi pergunakanlah sebaik mungkin atas alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk kita selalu mengingat dalam melakukan perubahan dalam pola pikir sejalan dengan semangat jiwa yang bersih untuk menumbuhkan hati yang bersih yang di topang oleh pondasi roh sebagai pelindung dalam kehidupan manusia, karena distu terletak keyakinan dan kepercayaan anda bahwa hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri.
Continue Reading »
PENDAHULUAN

Menjadi pribadi yang dicinta diperlukan tingkat kedewasaan berpikir sehingga merasakan kedamaian dengan ruhani yang hidup, oleh karena itu kedewasaan sosial hanya dapat tumbuh dan berkembang kedalam kehidupan manusia sebagai suatu keluarga besar dalam kehidupan kebersamaan yang harus didukung oleh kekuatan dari kedewasaan rohaniah sebagai pondasi.
Dengan pemikiran tersebut diatas, marilah kita memulai dari sudut kekuatan kedewasaan sosial dalam keluarga, yang ditunjukkan oleh sikap dan perilaku dalam usaha mewujudkan apa yang disebut dengan keharmonisan.
Jadi keharmonisan menjadi sumber kekuatan dalam kehiduan sosial dan keluarga, oleh karena itu sebagai wujud dari keharmonisan ditunjukkan oleh sikap dan perilaku kasih sayang, oleh karena itu dengan prinsip kasih sayang maka akan melahirkan sifat hubungan keluarga anatara suami isteri, ayah dan anak, anak dan orang tua, kemenakan, paman dsb, begitu juga usaha-usaha manusia hidup di tengah masyarakat.
Continue Reading »


PENDAHULUAN

Bertitik tolak dari pemahaman “kebiasaan”, maka ada dua unsur huruf yang menentukan langkah untuk membangun kebiasaan yaitu pertama unsur (K)esadaran sebagai unsur jiwa untuk mengungkit kekuatan pikiran dan kedua unsur (N)iyat. Dari kedua kata tersebut diharapkan menjadi daya dorong yang kuat sebagai inspirasi untuk meningkatkan kedewasaan rohaniah.
Kedewasaan rohaniah haruslah dipahami dalam arti suatu kekuatan apa yang disebut dengan kebiasaan pikiran dalam usaha manusia secara berkelanjutan untuk melakukan perubahan kesadaran inderawi menjadi rasional dan ilimiah menuju ke spiritual, dengan begitu manusia akan mampu mengetuk dinding jiwa dalam membangun kebersihan ruhani, kelurusan aqidah, kelembutan rasa, ketegasan sikap.
Sejalan dengan pokok pikiran diatas, maka kebiasaan pikiran haruslah dapat digerakkan secara mndalam dalam rangka menemukan cara-cara untuk meningkatkan kedewasaan rohaniah yang ditopang oleh kekuatan kesadaran dan niyat untuk mendorong daya kemauan untuk memikirkan dari yang tidak tahu menjadi tahu baik dalam kerangka berpikir yang disadari maupun yang tidak disadari.
Jadi mansia yang memperkuat daya kemauan dalam membangun kebiasaan yang produktif berarti juga ada kesadaran dan niyat dalam usaha membetuk watak dimana kebiasaan-kebiasaan merupakan dasar kehidupan kita, oleh karena itu, yang paling pertama kali wajib untuk dipikirkan secara mendalam oleh setiap orang dan atau sebagai manusia ialah tujuan dari penciptaan dirinya, baru kemudian segala sesuatu yang ia lihat di alam sekitar serta segala kejadian atau peristiwa yang ia jumpai selama hidupnya.
Dengan pemahaman pemikiran tersebut, maka manusia yang tidak memikirkan hal ini, hanya akan mengetahui kenyataan-kenyataan tersebut setelah ia mati, berarti ia mempertanggung jawabkan segala amal perbuatan-nya di hadadapan Allah, namun saying sudah terlambat.

MELAKSANAKAN PENINGKATAN KEDEWASAAN ROHANIAH

A. PERTAMA MLIKI SUATU RENCANA TERPADU :
Yang dimaksud dengan rencana terpadu, mencakup suatu rencana jangka panjang, menengah dan pendek artinya ada kejelasan rencana tersebut saling keterkaitan dalam pelaksanaannya.
Rencana jangka panjang, mengungkapkan pemikiran yang memberikan arah persfektif yang mencakup :
Visi Kedewasaan Rohaniah  menggambarkan suatu pernyataan :
“Membangun CITRA untuk menjadikan pribadi yang dicintai dengan BUDAYA yang berlandaskan agama islam dengan ARAH membentuk akhlak yang terpuji dalam usaha mewujudkan TUJUAN sebagai manusia yang mampu memberikan keteladanan”

Jadi pada pernyataan visi, terdapat empat unsure yang harus diperhatikan, apa yang disebut dengan CITRA, BUDAYA, ARAH, TUJUAN, yang dapat anda ukur pencapaiannya secara kualitatip sebagai kreteria. Oleh karena itu, maka pernyataan visi menggambarkan arah perjalanan yang hendak dituju.
Sebaliknya  dengan menggambarkan pernyataan MISI sebagai penjabaran dari visi, yang  menyatakan bagaimana sarana itu disiapkan dalam menuju arah yang dituju dengan pernyataan sebagai berikut :
Misi Kedewasaan Rohaniah  menggambarkan suatu pernyataan :
“Kemampuan manusia memanfaatkan kekuatan alat pikir dalam kesadran, kecerdasan, akal sebagai unsur jiwa untuk MEMPERHATIKAN  sikap dan perilaku dalam mengkomunikasikan kehangatan serta MEMBIMBING dalam meningkatkan kedewasaan rohaniah dengan ANALITIS STRATEGIS berdasakan kebiasaan pikiran yang menghayati dengan pikiran intuisi melihat masa depan dari sudut pandang yang EKSPRESIF”
Jadi dengan empat unsur yang disebut dengan MEMPERHATIKAN, MEMBIMBING, ANALITIS STRATEGIS, EKSPRESIF dapat dijadikan kreteria untuk mengukur secara kualitatif untuk mngetahui seberapa jauh kemampuan kita mencapai visi sebagai peta jalan dan misi sebagai sarana, sejalan dengan itu, maka dibawah ini di rumuskan tujuan secara kualitatif berdasarkan pernyataan misi tersebut diatas sebagai berikut :
Tujuan-tujuan dalam kekuatan kebiasaan pikiran, digariskan sbb. :
Rumusan sebagai rincian dari penjabaran MISI diatas untuk meningkatkan kedewasaan rohaniah dalam pemikiran jangka panjang dengan mengungkit dan mengetuk jiwa dalam :
  • Menemukan jati diri tanpa topeng kepalsuan
  • Membangun akhlak berdasarkan tuntunan ajaran agama
  • Meningkatkan kesadaran inderawwi ke rasional ke spiritual
  • Meningkatkan kemampuan sabda ilmu dengan 7M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami, mengamalkan.
  • Meningkatkan kemampuan berpikir yang antisifatif bukan sekedar karekater yang bersifat reaktif.
  • Mendalami unsur kata yang bermakna dalam kebiasaan pikiran
Sasaran-sasaran dalam kekuatan kebiasaan pikiran, digariskan sbb.

Secara umum rincian sasaran sebagai jabaran dari tujuan yang ditetapkan dituangkan secara kuantitatif, oleh karena itu sasaran  tersebut disini dinyatakan dari kemampuan menghayati, memahami dan mengamalkan dari setiap kata yang harus dapat dituangkan kedalam unsur kata menjadi kata bermakna yang mencakup kata-kata tersebut dibawah ini :
  • AMANAH, AMPUNAN, ANIAYA, ANGKUH
  • BERKATA BENAR DAN JUJUR, BERZINA, BOROS, BENCI, BERBANTAH- BANTAHAN, BUNUH DIRI, BALAS DENDAM
  • CEMBURU,  CITA-CITA
  • DENGKI, DUSTA
  • EJEKAN / OLOKAN, ENGGAN
  • FAKIR MISKIN
  • HIRAUAN, HATI
  • IRI HATI
  • JIWA KEDAMAIAN, JUDI
  • KEBAIKAN, KESUKSESAN, KASIH, KEBAJIKAN, KERAMAH TAMAHAN DAN KEBAJIKAN
  • KESEMPURNAN DAN KEBAJIKAN, KEHORMATAN / KESUCIAN DIRI, KELAKUAN BAIK, KASIH SAYANG, KESEPAKATAN, KEADILAN, KESIAPSIAGAAN KETENANGAN HATI DAN KEBENARAN NIAT, KEPENTINGAN, KEJUJURAN, KEBERSIHAN, KHUSU’,  KESAKSIAN, KEBENARAN, KELEBIHAN, KEBAKHILAN, KEBOHONGAN, KELALIMAN, KEHIDUPAN DUNIA TIPUAN BELAKA, KEHIDUPAN, KEMULIAAN
  • MENAHAN DIRI, MERENDAHKAN DIRI, MUSIBAH, MARAH, MENCELA / MEMAKI, MELEBIHI YANG PATUT, MABUK, MUBADZIR / ROYAL, MEMELACURKAN, MEMBERI GELAR, MENCURI, MASA TUA
  • NAFSU SEKSUIL
  • PERWALIAN, PERTENTANGAN PENDAPAT,  PERMUSUHAN  PERSAUDARAAN PERINTAH BERLAKU ADIL, PEMBUNUHAN, PERZINAAN, PENDURHAKAAN PENDAPAT LEMAH, PENGECUT, PRASANGKA PERBUATAN KEJI
  • REDAH HATI DAN KHUSYU, RENDAH BUDI, RIJA’, RIBA
  • SALEH, SALING MEMAAFKAN, SABAR, SUCI, SYUKUR, SUMPAH, SOMBONG, SYAHWAT
  • TOLONG MENOLONG, TAMU, TIMBANGAN / TAKARAN, TAAT, TABAH, TANGGUNG JAWAB BERSAMA, TIPU/CURANG, TIDAK TERIMA KASIH, TAKABUR
  • UTANG PIUTANG, UMPAT
  • ZUHUD

Jadi dengan kemampuan kebiasaan pikiran, dengan memanfaatkan kekuatan 7M dimana kebiasaan dan keinginan untuk meningkatkan kedewasaan rohaniah hanya dapat dicapai bila manusia mau belajar agama dengan memanfaatkan alat pikir akan menjadi daya dorong bagi yang bersangkutan untuk dapat menghayati, memahami dan mengamalkan sebaik baik dalam rangka untuk meningkatkan akhlak / moral yang menuntun kehidupannya.
Strategi dalam mewujudkan sasaran sbb. :
Untuk membangun kebiasaan yang produktif diatas, maka dengan kebiasaan dapat menuntun manusia ke jalan yang lurus dan benar yang sejalan dengan tuntunan agama. Sejalan dengan pikiran tersebut, maka untuk mengungkit kekuatan ingatan dalam menghayati, maka diperlukan satu kerangka strategi dalam kebiasaan pikiran untuk mencapai sasaran yang ditetapkan sebagai berikut :
  • Musuhmu yang paling besar ialah dirimu sendiri yang ada dalam badanmu.
  • Bekerjalah bagi kehidupanmu, seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan beribadahlah kepada Tuhanmu seakan-akan kamu akan mati besok.
  • Manfaatkan kekuatan berpikir, bekerja dan belajar sepanjang hidup.
  • Kobarkan terus komitmen yang kuat dalam usaha-usaha untuk melaksanakan kebiasaan pikiran dalam memperkuat daya kemauan.
Kebijaksanaan dalam melaksanakan strategi dirumuskan sbb. :

Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Musuhmu yang paling besar ialah dirimu sendiri yang ada dalam badanmu“, oleh karena itu, maka usaha-usaha meretas jalan menjadi diri sendiri diperlukan suatu kebijakan dalam sikap dan perilaku untuk memerangi tujuh perkara yang merugikan dengan tingkat kedewasaan rohaniah yeng berkaitan dengan apa yang disebut :
  • Mengendalikan nafsu melalui perubahan makna kesadaran dalam hidup yang bersifat inderawi yang menganut paham materialistis.
  • Mengendalikan marah kerena ia dituntun oleh kehedak setan.
  • Mengendalikan diri dalam kehidupan dunia.
  • Mengendalikan tantangan hawa nafsu
  • Mengendalikan kekuatan nafsu syahwat (seksualitas)
  • Mengendalikan dalam keutamaan mengekang hawa nafsu (seks)
  • Menuntun perkawinan untuk mendapatkan keturunan.
Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Bekerjalah bagi kehidupanmu, seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan beribadahlah kepada Tuhanmu seakan-akan kamu akan mati besok“, oleh karena itu, maka usaha-usaha untuk mengetuk dinding jiwa agar dapat mengarah kepada kebaikan karena jiwa selalu bergerak mengalami perubahan yang sejalan kualitas kebiasaan dari kedewasaan manusia dengan mendalami hal-hal yang terkait dengan pemahaman atas :
  • Mendalami makna jiwa dan ruh dilihat dari substansinya bahwa jiwa memilki kualitas dzatnya yang dapat berubah sedangkan ruh memiliki kualitas yang selalu baik dan suci.
  • Mendalami makna jiwa dan ruh dilihat dari pada fungsinya, dimana jiwa berfungsi bertanggung jawab atas kebiasaan pikiran sedangkan ruh sebagai kekuatan penuntun kedalam pikiran yang postif.
  • Mendalami makna jiwa dan ruh dilihat dari sifatnya bahwa jiwa memiliki sifat yang dinamis sejalan dengan kebiasaan pikiran sedangkan ruh memiliki sifat yang statis dengan pikiran yang positif.
Sebagai rincian kebijaksanaan atas pelaksanaan strategi “Manfaatkan kekuatan berpikir, bekerja dan belajar sepanjang hidup“, oleh karena itu, maka usaha-usaha dalam menempuh perjalanan hidup yang abadi ditentukan oleh kemampuan manusia mengenal hatinya, niscaya ia akan mengenal dirinya dan apabila ia mengenal dirinya niscaya ia mengenal Tuhannya, maka melaksanakan itu diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap ha-hal yang berkaitan dengan :
  • Cobalah renungkan untuk mendalami kecenderungan hidup manusia dalam kebiasaan pikiran baik yan bersifat negatif dan atau positif.
  • Mandalami dari sisi amalan lahir dan batin mengenai fitrah manusia.

  • Memahami wujud dari watak manusia dalam kerangka menjalani hidup berdasarkan kekuatan hati dalam meraih cinta ilahi dengan mengamalkan makna „OTAK“ (Orang, Tawakal, Amanah, Kerja) kedalam makna „HIDUP“ (Hijrah, Insyaf, Durhaka, Usaha, Pahala) dan „MATI“ (Malaikat, Ajal, Takdir, Illahi)

Sebagai rincian kebijaksanaan atas pelaksanaan strategi “Kobarkan terus komitmen yang kuat dalam usaha-usaha untuk melaksanakan kebiasaan pikiran dalam memperkuat daya kemauan“, oleh karena itu, maka haruslah di dorong dari dalam diri sendiri untuk terus merenungkan kembali dalam usaha mengungkit daya ingatan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan apa yang disebut :
  • Renungan tentang umur manusia masa kanak-kanak, masa muda, masa dewasa, masa tua da masa usia lanjut.
  • Renungkan pesan-pesan Rasulullah tentang keutamaan Tauhid, Asma’ul Husna, Rahmat Allah, Keutamaan majelis dzikir, Kewajiban berpegang teguh kepada Qur’an dan Sunnah, Ikhlas dalam beramal, Nadzar, Penyerahan diri kepada Allah, Tanda-tanda orang beriman, Jalan Keselamatan, Menjaga hubungan dengan Allah, Taubat, Keadaan mu’min dalam Kubur, Tanda-tanda datangnya Kiamat, Keadaan manusia waktu dibangkitkan di alam Kubur, Tujuh golongan yang mendapat perlindungan Allah di hari Akhirat, Keadaan manusia waktu di hisab sampai menuju tempat kembali yang abadi, Ni’mat bagi Ahli surga, Siksa bagi ahli neraka, dan sebagainya.
  • Renungkan kepribadian Muhammad Rasulullah sebagai seorang yang benar, penyabar, dermawan, pemberani, zuhud, rendah diri, penyantun, penyayang, banyak berdzikir, banyak berdo’a, mempunyai ambisi, dan sebagainya.
  • Renungkan kembali untuk memahami agama dengan akal sehat yang sejalan dengan kemampuan menghayati, memahami dan mengamalkan kekuatan-kekuatan dari hikmah berpikir.
B. KEDUA MENULISKAN KEMBALI DARI RENCANA

Merumuskan kebiasaan yang produktif yang hendak dibangun dan dikembangkan sebagai suatu keinginan anda berdasarkan niyat yang hendak dicapai dalam kedewasaan rohaniah, dengan memperhatikan pikiran pertama yang dituangkan kedalam kemampuan anda untuk menuliskan kembali agar anda selalu mengingatnya, yang kita sebutkan kedalam pemikiran :
  • Memberikan arah pemikiran jangka menengah antara 2 sampai 3 tahun dalam rangka untuk mengenal posisi kedepan yaitu seberapa jauh makna kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang untuk mewujudkan rencana persfektif yang telah digambarkan.
  • Menuangkan kembali agar anda selalu ingat untuk memberikan prioritas dalam pelaksanaannya agar dapat memberikan tahapan pencapaian dengan memberikan fokus dalam kebiasaan pikiran.
  • Bertolak dari pemikiran yang difokuskan tersebut lebih lanjut dituangkan kedalam arah pemikiran jangka pendek untuk jangka 1 tahun dengan menilai kinerja diri sendiri yang dapat diungkapkan pemikiran secara kuantitatif dan kualitatif
C. KETIGA MENGUNGKAPKAN TANTANGAN YANG DIHADAPI

Bertitik tolak dari langkah B diatas, maka renungkan apa yang dipikirkan pada titik dua diatas kedalam tantangan apa saja yang dapat menghambat niyat dari kebiasaan yang hendak di tumbuh-kembangkan menjadi suatu kebiasaan-kebiasaan yang mendorong kekuatan pikiran yang positip dalam perubahan sikap dan perilaku di masa kini dan masa depan.
Tantangan yang dihadapi sejalan dengan pemikiran untuk mencapai sasaran yang digariskan dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan, maka tantangan yang terbesar terletak dari daya kemauan yang kuat untuk merubah kebiasaan yang negatif sebagai akibat :
  • Ketidak mampuan untuk menggerakan kegkuatan berpikir positif.
  • Kebiasaan pikiran negatif berlangsung terus menerus sehingga mendorong sikap dan perilaku sulit melakukan perubahan kekuatan kesadaran yang bersifat inderawi.
  • Kebiasaan pikiran negatif  karena kecenderungan manusia yang jauh dari Allah, pengalaman masa lalu yang mendorongnya, tidak memiliki hidup dengan orientasi yang jelas, dampak dari kebiasaan yang membelenggu pikiran mereka, dampak dari pikiran kemauan diri sendiri, dampak dari pengaruh faktor eksternal, kemauan dan kebiasan dari gaya hidupnya, tidak memiliki wawasan dan imajinasi karena terbatasnya penguasan ilmu dariinformasi, pengetahuan yang dapat dari pengalaman atas keterampilan dan keinginan yang tidak jelas niyat sehingga mendorong kebiasan hidup yang tidak memiliki inspirasi dalam hidup.
D. KEEMPAT MERUMUSKAN SISTEM KEBIASAAN PIKIRAN
Dengan memperhatikan pikiran-pikiran yang diungkap diatas, maka dalam merumuskan suatu sistem yang dapat menuntun kebiasaan-kebiasaan baru yang dibina dan dikembangkan dari kekuatan 7 M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami dan mengamalkan) yang sejalan dengan tingkat kedewasaan berpikir yang hendak dicapai dalam perjalanan hidup yang abadi ini sehingga konsepsi sistem yang dibangun terdiri dari :
  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem input yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang ditentukan oleh 1) paradigma berpikir dari kemampuan apa dan bagaimana berpikir (berpikir biasa, logis, ilimiah, filsafat, theologis yang bertolak dari berpikir sadar dan atau tidak disadari) ; 2) dampak dari paradigma berpikir (konsepsi, tindakan, kesehatan, perasaan, jatidiri, kepercayaan diri, kondisi phisiologis, membentuk kebiasaan)
  • Pemahaman atas pelaksaan sistem proses yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang dipengaruhi oleh tingkat kesadaran inderawi ke rasional, ke rohaniah, bila kesadaran inderawi yang dominan dan mendorong manusia berpikir materialistik akan menjadi kebiasaan berpikir negatif yang membentuk pikiran melalui proses 1) perekaman, 2) pengulangan, 3) akumulasi, 4) pengulangan, 5) pembiasaan, sehingga mempengaruhi terbentuknya kelemahan daya kemauan.
  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem output yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan hasil dari kemauan dan kebiasaan yang mendorong berpikir positif dengan kejelasan output dari kebiasaan pikiran kedalam motif, prinsip yang dianut, sifat kepribadian, tanggung jawab, strategi, dan kebijaksanaan.
E. KELIMA MEMBANGUN KETELADANAN

Bertolak dari pemikiran sistem kebiasaan pikiran ang diungkapkan diatas, maka rumusan kekuatan-kekuatan pikiran anda untuk mendorong dalam memperkuat daya kemauan untuk membina kebiasaan yang baru dalam usaha secara terus menerus agar dapat diterima sebagai peran keteladanan yang dapat diterima semua pihak. Dengan semangat daya kemauan yang keras dalam kebiasaan-kebiasaan baru tersebut, anda diharapkan mampu melihat jati diri anda sendiri.
Oleh karena itu, kunci keberhasilan dari peningkatan kedewasaan rohaniah ditentukan oleh wujud meraih cinta ilahi dengan meraih hidup bahagia dunia dan akhirat dari kekuatan berpikir positif sehingga mampu menyesuaikan pikiran dari keteladanan kepribadian Muhammad Rasulullah dalam rangka melaksanakan 7 M menjadi kenyataan untuk membangun kekuatan pikiran untuk tidak mendorong kiblat kepada manusia melainkan kiblat kepada sang pecipta.
F. KEENAM  MELAKUKAN PENYESUAIAN ATAS RENCANA

Langkah keenam dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru, maka keberhasilan dari setiap langkah pemikiran dalam meretas jalan menjadi diri sendiri harus ada kesiapan diri untuk melakukan perubahan atas rencana yang telah digariskan bila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Oleh karena itu, maka menjadi pribadi yang dicintai diperlukan penyesuaian atas suatu rencana karena kekuatan pikiran mampu menembus batas waktu (masa lalu, masa kini dan masa depan), batas ruang (jawa, sumatera, kalaimatan dsb), tak kenal batas waktu (pagi, siang, sore, petang, malam) dan meningkatkan serta menurunkan energi dalam kemampuan proses berpikir. Jadi melakukan penyesuaian atas rencana merupakan kebutuhan dalam proses yang terkait dalam pikiran membentuk kebiasaan sehingga perlu terfokuskan kedalam kebiasaan pikiran dan pengaruhnya terhadap pengaturan yang terkait dengan optimisme, ideology, mental, konsentrasi, kausalitas dan sebagainya.

PENUTUP
Menemukan jati diri, bukanlah sesuatu yang sederhana, oleh karena itu diperlukan satu usaha denga ketekunan untuk secara berkelancutan untuk menumbuh kembangkan kebiasaan yang produktif sebagai suatu cara untuk menuntun kekuatan pikiran dalam bersikap dan berperilaku baik dalam hubungan antara manusia dan hubungan dengan Allah Swt.
Dengan mengungkapkan pikiran diatas, maka pergunakanlah sebaik mungkin atas alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk kita selalu mengingat dalam melakukan perubahan dalam pola pikir sejalan dengan semangat jiwa yang bersih.
Fitrah dan bakat manusia akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebiasaan yang produktif yang didorong oleh kekuatan energi-energi yang dimilikinya yaitu ilmu, pengetahuan dan keinginan yang dilandasi oleh niat yang kuat sebagai manusia dengan sikap dan berperilaku menuju kesempurnaan melalui proses penyucian diri.
Manusia menurut fitrahnya beragama tauhid, yang termuat dalam Q.S. 30 : 30 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
Selanjutnya cobalah renungkan pula bahwa jadi dengan kekuatan fitrah dan bakat, maka ingatlah selalu Nabi Muhammmad saw, bersabda :
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci bersih, fitrah. Orang tuanyalah yang akan menjadikan ia sebagai orang Nasrani atau Yahudi. Keimanan orang tua dan pola pikir mereka akan mempengaruhi pikran anak yang memang masih mudah terkena pengaruh”
Bertolak dengan pendekatan 7M, manusia bergerak menuju kesempurnaan melalui proses penyucian diri untuk membangun moral / akhlak yang terpuji dengan menyadari pemahaman yang mendalam mengenai sebab-sebab kejahatan dan belajar adakah manusia terlahir sebagai penjahat, oleh karena itu renungkan mengenai manusia siapa, darimana dan kemana ?
Sebagai langkah untuk terus mengingat hal-hal yang diungkapkan diatas diperlukan apa yang disebut dengan pedoman untuk pikiran, pedoman untuk organ tubuh, pedoman untuk jiwa., melalui daya dorong dengan pemahaman yang mendalam tentang moral / akhlak.
Jadi kunci meraih tingkat kedewasaan rohaniah ditentukan oleh keberhasilan meraih cinta ilahi sejalan dengan kebiasaa pikiran dalam meraih hidup bahagia dunia dan akhirat yang berlandaskan oleh kekuatan akhlak.

PENDAHULUAN

Mengungkit kekuatan berpikir merupakan suatu usaha menggerakkan alat pikir yang disebut dengan unsur „kesadran, kecrdasan dan akal“ yang berada dalam „otak atas (kiri dan kanan) disatu sisi dan unsur lainnya yang disebut dengan „hati“ yang disebut juga otak bawah sadar. Jadi otak atas sebagai alat pikir dan otak bawah sadar sebagai alat menghayati.
Bertolak dari ungkapan diatas, maka yang disebut dengan „mengungkit kekuatan berpikir“ adalah berpikir yang metodis artinya yang disadari merupakan seluruh kisaran proses mental yang sadar. Oleh karena itu, sebagai entrepreneur yang sukses menuntut kisaran proses mental yang kuat atas optimisme, keyakinan, ketenangan, penguasaan diri, keberanian, keceriaan, imajinasi, inisiatif, toleransi, kejujuran, kerendahan hati, kesabaran, antusiasme, sukacita, kasih dan iman.
Dengan kemampuan untuk memahmi proses mental yang diungkapkan diatas menjadi tonggak sebagai pendorong dalam usaha untuk membangun dan menumbuh kembangkan kebiasaan yang produktif sebagai suatu arah untuk meningkatkan kemampuan berpikir sebagai manusia.
Sejalan denga pemikiran diatas, renungkan untuk mencari inspirasi atas keberhasilan dengan meningkatkan pengetahuan keterampilan dari pengalaman agar terdorong untuk mengungkit kekuatan berpikir yang berbeda dari biasanya. Dengan cara itu anda sebagai manusia berusaha untuk meningkatkan suatu pandangan pada diri anda yang terkait dalam usaha membangun kebiasaan yang produktif untuk mewujudkan inspirasi kedalam keberhasilan tidak pernah berakhir.
Kuncinya terletak pada keyakinan, konsentrasi dan konsisten sebagai pendorong dalam meningkatkan kemampuan berpikir anda sebagai entrepreneur yang berkeingin untuk 1) mendalami berpikir yang disadari dan tidak disadari ; 2) kembangkan kemampuan memikirkan kemungkinan dari dampak merubah cara berpikir ; 3) pupuklah kebiasaan yang produktif kedalan proses berpikir yang terfokuskan 4) menumbuh kembangkan keterampilan berpikir dalam penyesuaian perubahan abad.
Memperhatikan keinginan yang kita sebutkan diatas, merupakan suatu pendekatan „berani bermimpi“ melakukan perubahan dalam proses pola pikir dari biasanya, sehingga memiliki kemampuan untuk mengungkit kekuatan berpikir dalam kesiapan diri menjadi entrepreneur yang selalu siap menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan yang sejalan dengan visi hidup anda ( berpikir, bekerja, belajar). Dengan kosnsep pemikiran yang kita ungkapkan ini diharapkan menjadi daya dorong untuk bersikap dan berperilaku menghadapi suatu tantangan bahwa „kesulitan pasti berakhir.“
POLA MENGUNGKIT KEKUATAN BERPIKIR BARU

Pernahkan anda sebagai manusia memikirkan bagaimana menggerakkan kekuatan berpikir dalam „menyeberangi kesenjangan pola pikir lama ke pola pikir baru“ agar mampu merealisasikan „inspirasi bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini“.
Untuk itu anda memulai dengan suatu pikiran „bernani bermimpi“ untuk mengungkapkan bahwa „keberhasilan dari perubahan adalah kondisi pikiran, jika anda ingin berhasil mulailah membayangkan diri anda sebagai entrepreneur yang berhasil“. Oleh karena itu pikirkan pula makna ungkapan seperti „masing-masing tubuh diberi satu alat oleh Tuhan. Jasmani alatnya nafsu, rohani alatnya akal. Antara  nafsu dan akal perang terus, nafsu lebih tua dari aka, karena itu nafsu lebih banyak pengalamannya, dengan mudah dapat mengalahkan akal kecuali bagi orang yang beriman dan berilmu pengetahuan“
Bertolah dengan pemikiran diatas, maka dengan keyakinan, konsentrasi dan konsisten, maka anda mampu melaksanakan keinginan untuk menyeberangi kesenjangan dengan melaksanakan pola mengungkit kekuatan berpikir baru sebagai berikut : :
1. Mendalami berpikir yang disadari dan tidak disadari :
Kekuatan berpikir yang tidak disadari adalah kemampuan menggerakkan kekuatan apa yang dsebut dengan „intuisi“ artinya berpikir dengan menghayati, jadi berpikir disini merupakan hasil kerja hati. Mengungkit kekuatan berpikir disini merupan kemampuan memahami, menghayati dan mengamalkan penguasaan wawasan, imajinasi dan kreativitas melalui suatu pernyataan yang bersifat strategis artinya memiliki kemampuan berpikir mengarahkan pada persfektif jangka panjang.
Sebaliknya berpikir yang disadari bertolak dari kemampuan dalam menggerakkan kekuatan „otak dan hati“ secara sistimatis untuk menjabarkan pernyataan yang bersifat strategis dari hasil analisa data dan fakta melalui kemampuan mebuat analisis yang disebut dengan „SWOT“ yang mampu merumuakan perencanaan jangka menengah dengan mengarahkan pada posisi yang akan datang. Yang selanjutnya dituangkan kedalam perencanaan taktis dengan mengarahkan pada performa.
Jadi dalam mendalami berpikir yang disadari dan tidak disadari, maka anda akan mampu merubah pola berpikir yang bersifat reaktif (pola lama) menjadi proaktif (pola baru),artinya  sehingga anda mampu mengembangkan kekuatan berpikir menghindari masalah dari pada memecahkan masalah.
2. Mendalami dampak perubahan pola pikir :

Bertolak dari keyakinan bahwa „kesulitan pasti berakhir“, maka kemampuan mengungkit kekuatan berpikir, bermula kemampuan anda untuk memahami hal-hal yang terkait dengan 1) perlu disadari tidak secara otomatis berkemampuan cara berpikir berubah ; 2) perlu membayangkan kesulitan menyeberangi kesenjangan dalam melaksanakan perubahan ; 3) perlu disadari bahwa berubah bertolak dari usaha membangun kebiasaan yang produktif artinya membayangkan makna berinvestasi ; 4) adanya keinginan  untuk berkonsitribusi dalam berbagi pengalaman pada orang lain.
Bertolak dari alasan-alasan dalam menyeberangi kesenjangan diatas, maka perlu dipikirkan, bagaimana sebaiknya proses perubahan menjadi kemampuan mengungkit kekuatan berpikir untuk menghasilkan perubahan menjadi baik dengan langkah-langkah pemikiran sebagai berikut : 1) kesiapan anda untuk merubah keyakinan dan kepercayaan atas perubahan dalam pola pikir ; 2) mengubah keyakinan dan kepercayaan pola pikir berarti mengubah harapan anda ; 3) mengubah harapan anda berarti kesiapan anda melakukan perubahan sikap anda ; 4) mengubah sikap anda berarti kesiapan untuk mengubah perilaku ; 5) mengubah perilaku anda berarti kesiapan mengubah performansi anda ;  6) mengubah performansi  anda berarti kesiapan mengubah kehidupan anda.
Jadi dengan adanya kemampuan untuk menyeberangi ksenjangan dalam pola pikir lama ke pola pikir baru berarti adanya kesiapan untuk melaksanakan perubahan hidup dengan tingkatan pola pikir baru yang sejalan dengan tuntutan perubahan itu sendiri.
3. Membangun kebiasaan yang produktif kedalam pola pikir yang terfokuskan :
Merubah kebiasaan bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilakukan, sangat bergantung dari kekuatan keinginan anda untuk berubah yang ditopang dengan pengusaan ilmu dan pengetahuan, maka terbukalah peluang anda untuk mengungkit kekuatan menempatkan diri di tempat yang tepat untuk berpikir yang terfokuskan.
Menempatkan kekuatan berpikir yang terfokuskan berarti anda memiliki kemampuan untuk 1) mengungkit kesiapan anda untuk merenungkan pemikiran anda ; 2) mengungkit kesiapan anda untuk membentuk pemikiran anda ; 3) mengungkit kesiapan anda untuk mengembangkan pemikiran anda ; 4) mengungkit kesiapan anda untuk membentuk pemikiran anda ; 5) mengungkit kesiapan anda untuk melayangkan pemikiran anda.
Bertolak dari pikiran-pikiran yang terfokuskan akan menumbuh kembangkan kebiasaan yang produktif secara berkelanjutan sebagai suatu cara bagaimana caranya mampu untuk mengungkit kekuatan berpikir dengan menyeberangi kesenjangan dalam pola pikir lama ke pola pikir baru melalui proses perubahan yang kita sebut dengan 1) memberikan daya dorong berdasarkan input yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan ; 2) memberikan daya dorong menjadi pemikir dengan output yang baik ; 3) memberikan daya dorong kedalam perenungan atas pemikiran-pemikiran yang baik ; 4) memberikan daya dorong sebagai tindak lanjut atas pemikiran-pemikiran yang baik ; 5) memberikan daya dorong dengan kekuatan emosi untuk membangun pemikiran baik lainnya ; 6) memberikan daya dorong agar prosesnya berulang yang sejalan dengan kebutuhan.
Dengan membangun kebiasaan yang produktif kedalam pola pikir yang terfokukan diharapkan mampu untuk menyeberangi kesenjangan pola pikir maka dengan proses yang berulang sebagai suatu kebiasaan akan mendorong pula  lahirnya ide-ide baru untuk memberikan inspirasi bahwa keberhasilan tidak pernah berakhir.   .
Oleh karena itu, diperlukan   langkah strategi yang jelas untuk melaksanakan hal-hal yang kita sebutkan diatas kedalam strategi yang kita sebut dengan:
1) Kebiasaan menentukan masa depan ;
2) Gerakkan kemampuan talenta anda yang terpendam, bukan sekedar bersilat lidah
3) Gambarkan kerangka pikir yang terarah ;
4) Buuatlah kesimbangan yang optimum ;
5) Membangun hubungan vertical, horizontal dan diagonal ;
6) Berikan daya dorong kedalam keyakinan dan kepercayaan ;
7) Rebutlah apa yang dinginkan ;
8) Bangunlah keuletan yang konsisten ;
9) Melangkah dengan tindakan yang menentukan ;
10) Rumuskan hidup yang jelas dan terfokuskan.
4. Menumbuh kembangkan keterampilan berpikir dalam penyesuaian perubahan :
Dalam mengembangkan kebiasaan yang produktif dibutuhkan salah satu unsur penting adalah mengembangkan pengetahuan dari keterampilan atas kemampuan pengalaman anda sendiri dalam apa yang kita dengan keterampilan :
1) Kemampuan merumuskan kerangka pikir secara menyeluruh ;
2) Menjabarkan kerangka pikir kedalam kemampuan berpikir yang difokuskan ;
3) Kemampuan untuk meningkat penguasaan wawasan dan imajinasi dalam rangka mendorong kemampuan berpikir kreatif individu dan kelompok ;
4) Kemampuan untuk mengorganisir transformasi kreatif menjadi inovatif ;
5) Kemampuan menuangkan dari pemikiran strategis kedalam pemikiran yang realistik
6) Kembangkan kemampuan potensi kedalam berpikir kedalam penuh kemungkinan yang terkait dengan peningkatan aktualisasi sensitifitas ;
7) Kembangkan kemamuan berpikir yang bersifat proaktif tanpa meninggalkan kemampuan reaktif ;
8) Kembangkan kemampuan dalam menganlisa dampak berpikir yang tidak terkendali dilihat dari sisi kepentingan umum ;
9) Kembangkan kemampuan untuk mendorong berpikir partisipatif ;
10) Kembangkan kemampuan berpikir kedalam kepentingan individu, kelompok dan organisasi yang seimbang .
Dengan meningkatkan kemampuan keterampilan yang disebutkan diatas, diharapkan anda selalu siap untuk mengungkit kekuatan berpikir yang sejalan dengan tuntutan perubahan yang di fokuskan untuk mendorong perubahan sikap dan perilaku dalam wujud adanya komitmen bersama atas kekuatan pikiran bahwa keberhasilan tidak pernah berakhir yang ditopang oleh keyakinan, konsentrasi dan konsisten kedalam pola pikir.

PENUTUP

Belajar dari usaha-usaha untuk mengungkit kekuatan berpikir yang berbeda dari biasanya diiperlukan satu dorongan yang dibut „berani bermimpi“ untuk memandang keadaan saat ini dengan memperhatikan pengalaman masa lampau menjadi suatu kekuatan inspirasi dalam mencapai keberhasilan.
Oleh karena itu, kembangkan potensi berpikir anda baik berpikir yang disadari maupun yang tidak disadari karena dengan memiliki kemampuan itu berati anda mampu dalam melangkah perubahan sikap dan perilaku yang dapat mendorong menghadapi tantangan dalam menyeberangi kesenjangan dari pola pikir lama (reaktif) ke pola pikir baru (proaktif) dengan arah mampu merumuskan arah persfektif, posisi dan kinerja.



PENDAHULUAN

Keseimbangan hidup harus dibangun sebagai manusia yang ingin melihat masa depan yang terus maju, namun dalam hidup setiap manusia akan tetap mengalami kecemasan dalam hidup. Oleh karena itu, haruslah dibangun suatu kebiasaan yang produktif untuk memandang bahwa setiap manusia akan menghadapi apa yang disebut dengan “stress”
Dalam membangun kesimbangan hidup, maka “stress” dapat menjadi pendorong yang dapat mengganggu pikiran dalam bentuk negatip dan positip. Dari sisi positip berarti makna stress harus dipandang sebagai alat menggugah kekuatan berpikir untuk mengingatkan sikap dan prilaku dalam tindakan dan ucapan. Sebaliknya dari sisi negatip dapat menimbulkan untuk mengganggu pikiran yang berdampak dimana seseorang menjadi cemas, frustrasi, kecewa dan merasakan dalam berpikir yang tak berdaya.
Bertolak dari pemikiran diatas diperlukan suatu keyakinan bahwa peran manusia memiliki kemampuan untuk mengelola “stress” dalam struktur organisasi formal dan non-formal dimana dengan perannya, ia mampu mempengaruhi dalam bersikap dan berperilaku sehingga mampu menuntun untuk mengelola stress.
Langkah awal dalam mengelola stress adalah kemampuan untuk dapat secara produktif (efisien, efektif dan berkualitas) dalam mengkomunikasikan secara jelas makna “stress” bukan sesuatu reaksi yang berlebihan atas suatu situasi dalam pola pikir dalam mengungkit kekuatan ingatan dalam mengasah memori.
Sejalan dengan pikiran diatas, maka makna yang harus dipahami mengenai “stress haruslah dapat diuraikan dari unsur kata menjadi kata bermakna yaitu S menjadi (S)ikap, T menjadi (T)antangan, R menjadi (R)realistis, E menjadi (E)mosional, S menjadi (S)epositip, S menjadi (S)ukses.
Dengan pemahaman diatas, maka bila unsur kata tersebut kita susun menjadi suatu pengertian bahwa STRESS adalah (S)ikap dalam menghadapi (T)antangan harus bertolak dari pemikiran yang (R)ealistik untuk menuntun (E)mosional yang bertanggung jawab mejadi wujud (S)epositip mungkin dalam bereaksi atas situasi dalam usaha meraih (S)ukses yang diharapkan.
Reaksi dan stress disebut stressor, yang dalam hal bila kita dapat memahami dan menjalankan pemahaman diharapkan dapat mengelola “stress” sehingga dalam hal ini kepemimpinan entrepreneur mampu mnjawab hal-hal yang berkaitan dengan “ apa yang diyakini oleh anda atas kemampuan untuk menghadapi tantangan kehidupan ini dan menghadapi stessor ?”
Jadi seberapa jauh ada kemampuan anda untuk menggerakkan kekuatan pikiran yang berkaitan masalah hidup dan mati, sehingga anda mampu mengungkit daya ingat dari kekuatan berpikir dalam mempengaruhi system kekebalan tubuh yang menentukan adanya dan berlangsungnya penyakit dalam tubuh, dengan kata lain dapat kita katakana bahwa pikiran anda banyak dapat membuat anda sakit atau sembuh.
Oleh karena itu, pesimisme, rasa tak berdaya, rasa putus asa, depresi, rasa kesepian, cemas , frustrasi dan sebagainya dapat membawa pada kondisi pikiran mempengaruhi tubuh secara negatif lewat kekebalan tubuh, obatnya adalah suatu keyakinan membangkitkan semangat jiwa yang sehat.
Bertolak dari pikiran diatas, renungkanlah ungkapan ini sebagai pendorong untuk menggugah pikiran anda bahwa “Jiwa yang hidup ialah jiwa yang bergerak” artinya jiwa yang murni memandang dunia ini baik, niat baik sangka baik, pandangan baik, perkataan baik, perbuatan baik dan semua baik sehingga jangan putus asa dari rahmat Tuhan. Seluruh yang merangkak dan melata rezekinya ditanggung Tuhan asal berusaha..
Dengan demikian apa yang kita ungkapkan diatas menjadi kekuatan dalam menggerakkan pikiran bahwa keberhasilan tidak pernah berakhir dalam usaha-usaha manusia  yang ingin membangun keseimbangan hidup.
MEMBANGUN KESEIMBANG HIDUP

Dengan kemampuan anda mengelola „STRESS“ berarti anda memiliki kekuatan memperkuat daya kemauan yang bertolak dari kekuatan atas  keyakinan dalam kebiasaan yang produktif untuk mengungkit kekuata menemukan jati diri anda melalui apa yang disebut dengan  „PERCAYA dan MENYERAH“ sebagai kekuatan dua kata yang akan menuntun anda dalam bersikap dan berperilaku yang sejalan dengan pandangan anda mengenai „IMAN dan ISLAM“ yang  menuntun anda kedalam keseimbangan hidup.

Membangkitkan semangat jiwa yang sehat, akan terletak adanya kemauan secara berkesinambungan untuk membangun dan meningkatkan dalam kebiasaan yang produktif (ilmu dari informasi, pengetahuan dari keterampilan, keinginan dari niat) dengan memanfaatkan otak dari sudut phisik (otak atas kiri dan kanan serta otak bawah sadar) dan otak dari sudut rohaniah (memahami dalam makna orang, tawakal, amanah, kerja).
Bertolak dari pemikiran diatas , tumbuhkan keyakinan dan kepercayaan pada diri anda dengan meningkatkan „iman dan amal shaleh“ maka disitu terletak suatu kekuatan yang dapat menuntun anda untuk merealisasikan keseimbang hidup dengan melupakan cemas menghadapi masa depan yang penuh tantangan hidup.
Dengan memahami makna „STRESS“ berarti anda memiliki kemampuan untuk mengungkit hal-hal yang menyebabkan cemas terhadap masa depan diantaranya 1) lemahnya keimanan dan kepercayaan anda terhadap Allah Swt. ; 2) kurangnya tawakal anda terhadap Allah Swt. ; 3) terlalu sering memikirkan kejayaan masa depannya dan apa yang akan terjadi kelak dengan pola pikir manusia dengan kecenderungan negatif bukan positif ; 4) terlalu percaya rezki atas kemampuan diri sehingga lupa menggantungkan hidupnya kepada Allah Swt ; 5) mudah terpengerauh dengan kekuatan kesadaran inderawi dalam hidup ; 6) meyakini rezki itu berada di tangan manusia sesamanya ; 7) pandangan mereka bahwa rezki dikaitkan dengan tingkat pendidikan dan ijazah ; 8) mengagungkan keyakinan bahwa kehidupan bergantung pada pekerjaan yang cocok.
Sejalan dengan kemampuan anda untuk menyesiati hal-hal yang disebutkan diatas  maka adakah usaha-usaha untuk „memperkuat daya kemauan“ untuk melakukan perbahan secara radikal dalam proses berpikir dengan berpegang teguh kepada „iman dan amal shaleh“ agar anda mampu menggerakkan kekuatan jiwa yang sejalan kebersihan hati. Tanpa ada kemauan yang keras untuk berubah, maka pintu mata hati anda akan selalu tertutup karena anda tidak berusaha belajar dari keteladanan Rasulullah Saw. dan para pengikutnya  serta nasehat orang-orng bijak di dunia yang menyangkut syukur sebagai kunci keselamatan.

Oleh karena itu, membangun keseimbangan hidup terletak seberapa jauh anda dapat memahami makna keberhasilan yang besar selalu membutuhkan kekuatan jiwa untuk pengorbanan yang besar, jadi lihatlah dengan mata hatimu yang terkait makna perjalanan di dunia dalam kesiapan menuju perjalanan hidup abadi.
Dengan mengingat hal-hal yang diungkapkan diatas, diharapkan menjadi daya dorong untuk memanfaatkan kekuatan berpikir yang disadari dan tidak disadari untuk membangun kebiasaan dalam keseimbangan hidub dengan kemampuan mengelola „STRESS“ sebagai suatu mendekatan untuk melepaskan diri ketidak seimbangan jiwa dalam mengungkapkan „jangan cemas menghadpi masa depan“ yang penuh tantangan dan ketidakpastian yang mempengaruhi hidup manusia.
PENUTUP

Manusia yang tangguh akan berusaha memikirkan kemungkinan untuk membangun kesimbangan hidup sehingga ingatlah anda hidup terus. Anda mempunyai rencana dan anda mengejarnya sehingga impian anda akan menjadi nyata. Untuk itu saat anda berpikir anda telah menjalankan semua kemungkinan yang digerakkan oleh keinginan anda bahwa apapun yang anda inginkan keinginan itu juga menginginkan anda.
Sejalan dengan pikiran diatas, maka usaha-usaha memperkuat daya kemauan merupakan suatu langkah dalam menjalani hidup ini, bila banyak orang tidak berhasil dalam hidup ini, bukan disebabkan kerena anda kurang tenaga akan tetapi kurangnya  daya dorong yang digerakkan oleh daya kemauan untuk membangun keseimbangan hidup.
Jadi membangun keseimbangan hidup merupakan suatu tantangan yang harus anda lalui, maka belajarlah untuk hidup sedemikian rupa sehingga hasilnya membahagiakan anda dalam menuju perjalanan abadi.
Dengan semangat kesulitan pasti berakhir maka lahirlah kekuatan hati yang dikonsentrasikan  pada janji Tuhan, sejalan dengan itu cara menyempurnakan rahmat ialah kasih sayang Tuhan kpada anda dengan melalui ketaatan anda, maka terbukalah memikirkan kemungkinan keberhasilan anda dalam usaha membangun keseimbangan hidup.






PENDAHULUAN
Manusia yang berjiwa besar berarti mampu menempatkan kedewasaan berpikirnya dengan mengintergrsikan kekuatan berpikir yang bersifat rasional, ilimiah, filsofi dan agamis, sehingga dapat menuntun dan memperkuat daya kemauan dalam meraih keberhasilan dalam berbisnis
Oleh karena itu, dengan kedewasaan berpikir itu dapat menumbuh kembangkan kedalam kekuatan percaya diri yang bertolak dari kekuatan atas tindakan yang berlandaskan keinginan dengan niat yang jelas untuk menjalankan aktivitas bisnis dalam wujud dalam kebenaran, keindahan, kebaikan,  dan keutuhan (K4)
Jadi manusia memulai dengan merumuskan gambaran arah persfektif dalam berbisnis untuk meraih apa yang kita sebut K4 bagi stakeholders sebagai  yang difokuskan, ditekuni dan dihayati kedalam kebiasaan pikiran dengan pendekatan sistem yaitu mengalirkan sumber daya sebagai input kedalam proses menjadi output untuk pertumbuhan terus menerus dalam daur hidup perusahaan.
Dengan kekuatan percaya diri, maka manusia mendorong kekuatan-kekuatan berpikir, sikap, perilaku, emosi, dan naluri oleh manusia kedalam kepemimpinan kolaboratif dalam wujud tempat kerja, struktur, budaya, tim dalam pelaksanaan dengan kerja sama agar kekuatan mengalirkan sumber daya menjadi
Bertolak dari pemikiran atas percaya diri akan mendorong kekuatan kedewasaan berpikir menjadi kekuatan kemandirian untuk menemukan kembali kekuatan dalam semangat berbisnis yang sejalan dengan keberhasilan sebagai suatu kondisi pikiran untuk mewujudkan yang kita sebut dengan K4 (kebenaran, keindahan, kabaiakan. Keutuhan) Jika anda ingin berhasil mulailah membayangkan sebagai manusia yang mampu dalam usaha untuk membayangkan diri anda sebagai orang yang berhasil.



WUJUD DALAM K1, K2, K3, K4.

Kebenaran (K1) hanya dapat diwujudkan oleh manusia yang memiliki kekuatan kedewasaan berpikir dalam rohaniah, sosial, emosional dan intelektual yang mampu menuntun anda untuk mewujudkan kebnaran dalam tindakan.
Kebenaran tidak akan dapat dicapai dengan kesadaran yang bertopang oleh ambisi inderawi yang tinggi yang mendorong manusia menjadi meterialistik. Oleh karena itu seorang manusia yang berjiwa besar akan sangat memiliki sikap menghargai sebagai kebutuhan, sehingga mampu menempatkan kekuasaan dalam menjalankan perannya.
Kebenaran dapat dicapai oleh entrepreur yang mampu merubah kesadaran inderawi menjadi kesadaran rasional dalam kesiapan memasuki kesadaran rohaniah, itu berarti anda mampu menggerakkan kekuatan keyakinan dan kepercayaan, maka tidak ada lagi pikiran dalam kebohongan.
Jadi kebenaran akan menunjukkan peta jalan sebagai suatu kekuatan yang mampu menggerakkan inspirasi keberhasilan menjadi suatu impian menjadi kenyataan yang mampu memberikan daya dorong yang kuat kedalam gagasan sebagai keunggulan sejati.
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka dengan gagasan yang jitu tersebut manusia dapat menentukan sikap untuk melepaskan diri dengan kekuatan kedewasaan berpikirnya sebagai usaha untuk membuka kebenaran agar lebih fokus untuk meningkatkan pertumbuhan dan memberikan motivasi dalam meraih keunggulan.

Berdasarkan kebiasaan pikiran pada K1, maka usaha-usaha untuk menumbuh kembangkan Keindahan (K2) diperlukan satu kekuatan unsur yang dapat mendorong manusia dengan kedewasaan berpikir mampu menggerakkan kebutuhan adanya iklim organisasi yang dapat mendukung atas terwujudnya keindahan.
Oleh karena itu, untuk mewujudkannya diperlukan semangat dalam melepaskan diri dari kungkungan situasi di tempat kerja yang hiruk pikuk dengan ada kemauan membangkitkan kebersamaan pemikiran untuk melaksanakan kegiatan yang dapat menciptakan adanya keindahan aktif dan pasif.
Dengan pemikiran diatas mampu mendorong terbangunnya kreativitas untuk melakkan perubahan yang sejalan kejutan atas kebutuhan estitis, dengan begitu ada suatu suasana untuk membangun adanya keindahan bisnis kedalam suatu pemikiran yang mampu mendorong pemahaman yang mendalam mengenai bisnis, seni hidup yang sempurna terkait dengan bisnis yang bersifat manusiawi, yang sejalan keinginan membentuk persahabatan kerja baru.

Kebenaran (K1) dan Kindahan (K2) yang dapat tumbuh akan dapat menjadi daya dorong dalam mewujudkan apa yang kita sebut dengan Kebaikan (K3) yang akan mampu membangun suatu kesan dalam sikap dan perilaku pada setiap pemain peran untuk menjamin organisasi dengan budaya yang kuat.
Dengan budaya yang kuat dengan keteladanan dari setiap peran manusia akan mampu mempelihatkan kekuatan dari aspek moral, etika, kearifan,kebajikan dalam kehidupan bisnis.

Untuk mempertahan apa yang diutarakan dalam K1, K2, dan K3, sebagai suatu kekuatan kebiasan pikiran, maka dibutuhkan satu kekuatan yang kita sebut dengan Keutuhan (K4) agar setiap insan dalam organisasi memiliki suatu komitmen yang tidak dipaksakan melainkan tumbuh dari keyakinan dan kepercayaan diri dari yang bersangkutan, bukan sesuatu yang dipaksakan oleh organisasi dimana ia berada didalamnya, sehingga dalam kebiasaannya ia merasa terikat bukan sesuatu yang diikat.
Untuk mewujudkan keuntuhan dan dapat diamalkan sesuai dengan harapan agar manusia dengan memiliki kekuatan kebiasaan pikiran yang sejalan dengan tingkat kedewasaan berpikir, maka disitulah terletak keberhasilan dalam bisnis.
Dengan demikian maka wujud dalam sikap dan perilaku akan memperlihatkan gambaran peran kepemimpinan mampu meletakkan landasan yang kuat kedalam jiwa dengan kedewasaan rohaniahnya untuk menuntun dalam hal-hal yang terkait dengan kebersamaan, saling menghargai dan mengormati yang mampu berpikir dalam memberikan manfaat bagi orang lain dan diri sendiri yang sejalan dari budaya organisasi yang kuat.

MENGELOLA DAN MENGALIRKAN KEKUATAN KEBIASAAN PIKIRAN DALAM 4K SEBAGAI INPUT

Merumuskan Keputusan strategic untuk memberikan arah masa depan

Mengalirkan input kedalam wujud kebahagian bertitik tolak dari suatu pemikiran untuk memberikan arah persfektif dengan merumuskan keputusan strategik yang mencakup visi, misi, tujuan, budaya, strategi.
Mengelola sumber daya yang dapat merebut peluang berbisnis dalam meraih kebahagian haruslah didukung kepada pemikiran bagaimana caranya menciptakan kerjasama yang lebih baik, oleh karena itu diperlukan seperangkat kebijaksanaan sebagai pelaksanaan strategi yang dirumukan, yang akan mencakup pensyaratan meliputi hal-hal seperti : 1) Ada kejelasan komitmen yang menginsiperasikan hasil-hasil ; 2) adanya kejelasan konstribusi yang membuat perbedaan ; 3) adanya kejelasan kompetensi yang meningkatkan standar ; 4) adanya kejelasan komunikasi yag meningkatkan keefektifan ; 5) adanya kejelasan kepemimpinan kolaboratif yang menciptakan keharmonisan ; 6) adanya kejelasan kedalam usaha-usaha untuk meningkatkan hubungan pribadi ; 7) adanya kejelasan untuk menerapkan manajemen konflik ; 9) adanya kejelasan untuk menyatukan kesamaan pandangan dalam melaksanakan perubahan yang berencana ; 10) adanya kejelasan peranan komunitas melaksanakan keputusan strategic.
Mengelola input kedalam berbisnis untuk meraih kebahagian :

Perlu dipahami benar dalam mengelola input, disatu sisi paham benar proses diferensiasi yang terkait dengan tanggung jawab atas kelangsungan dan kesejahteraan hidup kita sendiri sebagai sesuatu sosok yang unik, disisi lain paham atas kemampuan untuk mengintergrasikan kedalam seluruh lingkungan internal dan eksternal. Jadi paham atas diferensiasi dan intergrasi tersebut memberikan peluang terbaik untuk mengembangkan kehidupan yang bahagia.
Mengelola input dalam beraktivitas untuk mencapai kebahagian

Mengelola input dalam beraktivitas bisnis adalah tanggung jawan dan tantangan yang besar, oleh karena itu bisnis haruslah dipandang sebagai pekerjaan yang menyenangkan, maka disitu terletak makna dari menikmati sesuatu dalam mengelola input karena ada sesuatu dorongan yang menggerakkan kekuatan pikiran anda untuk mencapai kebahagian dimana tergambarkan, bagaimana rasanya berada dalam mengelola input, maka akan terdapat komponen yang harus dicermati secara baik yang menyangkut hal-hal sbb. :
1) ada tujuan yang jelas, 2) ada umpan balik dating seketika, 3) keseimbangan antara peluang dan kemampuan, 4) tumbuhnya konsentrasi bertambah, 5) dalam mengelola input tersebut yang penting adalah saat sekarang, 6) dalam mengelola input tersebut tidak ada masalah dalam kontrol karena ada dalam system, 7) untuk setiap mengelola input akan kita hadapi berubahnya persepsi mengenai akan waktu, 8) adanya kejelasan untuk berperan dalam mengelola input sehingga tidak dirasakan hilangnya ego karena terikat kedalam satu system.
Jadi dengan memahami hal-hal tersebut diatas, mendorong setiap individu dalam suatu organisasi formal, maka mereka akan terikat dalam sistem sehingga dapat menjawab mengapa mereka melakukannya.

Mengelola input dalam pendalaman pertumbuhan

Dalam pengelolaan input akan memperlihatkan bagaimana aktivitas biasa dapat berubah menjadi yang komplek sejalan dengan waktu, oleh karena itu mengapa kita harus memperhatikan kompleksitas ? Karena dengan adanya kompleksitas akan mendorong perkembangan personal untuk meningkatkan kemampuan yang bersangkutan dalam menjalankan aktivitasnya sehingga dapat diharapkan perilaku yang produktif dan selalu bertanggung jawab.
Pertumbuhan kompleksitas melalui pengelolaan input dapat diungkapkan lebih lanjut sebagai berikut :
A. titik awal dengan tantangan dan kemampuan yang rendah.
B – C pada titik ini dengan kompleksitas lebih tinggi menuntut peningkatan keahlian
C – D pada titik dengan tantangan yang tinggi berdampak kegelisahan, tapi juga harus siklus tersebut berlangsung berulang-ulang tanpa batas.
Dengan pemahaman pertumbuhan kompleksitas, mengapa kita harus memprhatikannya karena kita akan belajar dari peta pengalaman sehari-hari yang terkait dengan hubungan antara tantangan yang bergerak akan meningkat, maka mendorong untuk meningkatkan keahlian pula sejalan dengan peta pengalaman yang menggambarkan adanya situasi seperti apati, jenuh, relaksasi, khawatir, control, gelisah, waspada, terfokus, bahagia.
Sejalan dengan pemahman dari pengalaman tersebut diatas, mendorong kita untuk lebih memahami hubungan aktivitas dengan kualitas pengalaman yang terkait dengan hubungan tantangan dengan keahlian yang dapat menggambarkan hal-hal yang terkait dengan situasi seperti kesepian, kerja, makan, masalah keluarga dan konflik dalam kerja, kerja, cinta.

MENGELOLA  PROSES INPUT

Yang sangat menentukan dalam mengubah input menjadi output melalui proses sebagai suatu aktivitas yang digerakan oleh peran manusia, oleh karena itu faktor sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan tapi tidak berarti tanpa memahmi faktor pendukung lainnya, dengan mngungkapkan hal-hal sebagai berikut :
Membangun lingkungan kerja yang kondusif

Lingkungan kerja yang kondusif akan mendorong setiap tenaga kerja harus mampu untuk menjalankan perannya dalam tugas, ini berarti menuju hidup yang lebih terarah yang sejalan  dengan perkembangan kompleksitas setia individu sebagai pekerja.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang mendalam untuk memahami motivasi kerja orang dan beragam kerja sehingga kondisi lingkngan yang kondusif akan memberikan akses terhadap modal sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dengan mendalami hal-hal yang terkait dengan 1) memahami jenis pekerjaan yang tersedia ; 2) budaya kerja yang dapat mendorong orang membangun bersikap saling kebersamaan ; 3) berusaha untuk untuk menumbuhkan kesediaan yang timbul pada diri pekerja sendiri untuk dapat memberikan komitmen dalam pekerjaan
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka peran kepemimpinan sebagai entrepreneur yang ingin berhasil, maka perlu memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan, apa yang harus terpikirkan mengenai  1) kondisi tempat kerja yang kondusif secara objektif dimana tempat kerja yang menarik ; 2) menemukan suatu cara untuk memberikan makna dan nilai pada pekerjaan ; 3) membangun kepuasan bagi pekerja.

Mengembangkan pelaksanaan proses input :

Sejalan dengan perkembangan kondisi kerja yang berubah dan berubahnya makna serta nilai-nilai kerja diperlkan perhatian untuk mengembangkan pelaksanaan proses input dalam perusahaan agar setiap individu ditempat kerja yang harus mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan itu sendiri.
Oleh karena itu, setiap individu harus mampu mnunjukkan perubahan sikap dan perilaku yang sejalan dengan tuntunan pelaksanaan proses input dalam perusahaan agar masih mampu meningkatkan pertumbuhan dalam kompleksitas di tempat kerja.
Dengan memberikan perhatian bahwa pentingnya mengembangkan pelaksanaan proses input dalam perusahaan itu berarti peran kepemimpinan sebagai entrepreneur memahami benar bagaimana caranya mengadakan pendekatan untuk mengontrol modal psikologis yang dimiliki oleh setiap pegawai melalui pengakuan yang jelas terhadap keterkaitan antara kinerja dengan sikap sehingga dapat menuntun mereka secara terus menerus dalam kebersamaan yang sejalan dengan budaya perusahaan.

MENGELOLA OUTPUT SEBAGAI WUJUD 4 K

Bertitik tolak dari pemikiran atas kemampuan mengelola input dan mengelola proses untuk mewujudkan output sebagai kebahagian dari peran kepemimpinan entrepreneur bergantung kepada seberapa jauh ia mampu untuk mengkomunikasikan keputusan strategik yang dirumukan.
Dengan keputusan strategik (visi, misi, tujuan, budaya, strategi) harus mampu dijabarkan kedalam arah posisi masa depan dan kinerja yang diharapkan dapat dicapai dengan terus menerus membangkitkan peran sumber daya manusia agar tumbuh komitmen yang dating dari diri yang bersangkutan dngan jalan mengungkit pemikiran sebagai berikut :
Membangkitkan jiwa manusia :

Menuju keberhasilan adalah suatu wujud kerjasama membuat impian menjadi kenyataan sangat bergantung kemampuan peran manusia yang mampu menumbuh kembangkan jiwa bisnis dari para individu dalam menciptakan kelompok manusia dengan kepentingan yang sama.
Oleh karena itu, menanamkan jiwa bisnis adalah kunci keberhasilan karena ia merupakan manifstasi dari kompleksitas yang dicapai oleh system saraf manusia. Jadi mengelola output sebagai suatu system yang memiliki jiwa yang dapat memberikan energi kedalam sub-sistem sehingga melahirkan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) atasnya.
Dengan demikian, bila tertanamkan jiwa manusia berarti peran manusia  telah memfokuskan dalam kerja dan sedemikian efektif mengedepankan keputusan strategik dapat diwujudkan dari kerjasama yang dapat menyentuh jiwa dan  kebutuhan dalam usaha bersama mencapai kebahagian.
Menciptakan output dalam hidup

Bertitik tolak dari pemahaman jiwa manusia, maka perlu diciptakan secara terus menerus untuk mengalirkan impian dalam hidup untuk menjadi manusia seutuhnya dan oleh karena itu kemampuan menggerakkan kekuatan pikiran kedalam prioritas-prioritas yang hendak dilakukan yang dapat memberikan daya dorong kedalam keyakinan dalam mewujudkan impian dengan menunjukkan tujuan utama yang akan dilakukan.
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka anda akan mampu menjawab hal-hal yang dapat memotivasi kekuatan pikiran mengenai kejelasan 1) siapakah anda ? ; 2) kemampuan menciptakan peluang ; 3) kemampuan menciptakan tempat yang tepat bagi anda ; 3) kemampuan menguasai kesadaran.
Mengungkit hal-hal yang kita kemukakan diatas, maka jawabannya terletak dari usaha anda untuk membangun kebiasaan yang produktif dalam arti memahami makna ilmu sebagai informasi, pengetahuan sebagai keterampilan dan keinginan, dengan kebiasaan tersebut setiap orang menjadi mampu menciptakan output dalam hidup.
Jiwa merupakan output dalam hidup masa depan

Sekali anda membuat keputusan dan memiliki keyakinan diri dalam hidup masa depan untuk melakukan bisnis berarti anda mampu menjawab “akankah bisnis bertahan?”. Aktivitas bisnis akan terus hidup dan terus berkembang dengan model investasi yang dilakukan oleh penanam modal. Kompleksitas bisnis terus berkembang sejalan dalam meningkatnya kekuatan ekonomi yang mempengaruhi sikap stakeholders.
Dengan gelombang perubahan yang komplek dan cepat dan peran manusia harus mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan, tetapi yang menjadi masalah dalam hal ini akan terkait dengan “dapatkah dipertahankan prinsip-prinsip jiwa yang bersih ?”
“Bagaimana beroperasinya jiwa yang bersih” sangat bergantung setiap pelaku dalam brmain peran  yang berusaha memberikan nilai tambah bagi stakeholders. Wujudnya ditentukan oleh sikap dan perilaku dari stakholders untuk membangun keseimbangan kepentingan.
PENUTUP

Peran manusia untuk menciptakan kerjasama membuat impian menjadi kenyataan dalam mewujudkan jiwa sebagai jalan kebahagian, oleh karena itu sangat ditentukan oleh kemampuan peran untuk mengelola kekuatan kebiasaan pikiran dalam menemukan semangat jiwa yang bersih.
Mengelola kekuatan kebiasaan pikiran dalam meraih keberhasilan yang tidak pernah berakhir diperlukan keterampilan sebagai kekuatan yang diperoleh dari pengalaman anda sendiri, oleh karena itu ingatlah dalam pikiran anda bahwa keberhasilan adalah suatu perjalanan bukan tujuan sehingga dituntut memiliki kemampuan untuk melaksanakan kekuatan pikiran yang disadari.
Sejalan pikiran diatas, maka dengan kebiasaan melaksanakan pendekatan sistem berarti anda mampu memanfaatkan kekuatan pikiran dengan merumuskan kemampuan menglola input kedalam proses menjadi output dengan menumbuhkan secara berkelanjutan jiwa bersih untuk mengungkit kekuatan pikiran dalam bersikap dan berperilaku.
Dengan demikian berarti anda akan selalu berpikir keberhasilan tidak pernah berakhir, yang membentuk semangat untuk menggerakan pikiran anda kedalam menciptakan keunggulan jiwa
Jadi dalam usaha menciptakan keunggulan jiwa bersih berarti anda selalu akan membayangkan salah satu bentuk keunggulan manusia dalam menumbuhkan kebiasaan yang produktif dengan bertolak dari pemikiran yang memberikan fokus peran sumber daya manusia yang sangat menentukan agar mampu melihat masa depan dengan jiwa yang bersih akan terus berjalan.